4 Fakta Pasukan Elit Baret Oranye yang Dikerahkan untuk Basmi OPM di Papua: National Okezone

banner 468x60

ORGANISASI Papua Merdeka (OPM)/Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) kembali melakukan aksi teror di Distrik Borme, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Pegunungan Papua.

Perbuatan kelompok teroris terhadap warga sipil semakin menggila, sehingga pemerintah mengerahkan pasukan elit TNI untuk kembali menegakkan keamanan di wilayah Papua. Berikut beberapa faktanya:

1. Kerahkan unit elit Baret Oranye

Komando Pasukan Aksi Cepat (Kopasgat) TNI AU mengirimkan pasukan pengganti untuk menjaga perbatasan di wilayah Papua.

“Untuk Satgas Keamanan Perbatasan (Pamtas) baru dilancarkan, setahun dua bulan, itu juga dari jajaran Wing 1, dari batalyon 467, 461, Denmatra 1 dan Denhanud,” kata Panglima. Sayap Komando Pertama Kolonel Kopasgat Pas Helmi A.Nange, dikutip Rabu (5/8/2024).

Ia mengatakan, satuan elite Baret Oranye akan memperkuat pertahanan perbatasan di Papua sekaligus mengantisipasi serangan Kelompok Kriminal (KKB) atau Organisasi Papua Merdeka (OPM).

2. 400 karyawan dikerahkan

Komandan Komando Sayap I Kolonel Kopasgat Pas Helmi A. Nange mengatakan, pihaknya telah mengirimkan 400 tentara ke sana. Namun, sebelum bertugas di Papua, 400 anggotanya terlebih dahulu menyelesaikan pelatihan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pasukan Khusus (Pusdiklatpassus) Kopassus, Batujajar, Bandung.

Helmi mengatakan, 400 pegawai Kopasgat itu akan ditempatkan di 13 hingga 15 posko yang telah ditentukan. Tak hanya itu, personel juga akan menjaga seluruh bandara di wilayah rawan serangan teroris OPM.

Namun Helmi tidak merinci berapa bandara yang akan fokus dijaga unitnya.

“Kami yakin penjagaan perbatasan wilayah Papua akan semakin kuat,” pungkas Kolonel Helmi Nange.




READ  Cara Bisnis Berpotensi Di Jakarta Sukses

Ikuti berita Okezone berita Google

Ikuti terus semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang
klik disinidan nantikan kejutan menarik lainnya

3. OPM menyerang gereja dan sekolah

Kasatgas Humas Cartenz 2024 Operasi Penjaga Perdamaian AKBP Bayu Suseno membeberkan kronologis kejadian tersebut. Kelompok teroris tersebut menyita barang-barang elektronik milik masyarakat yang sedang melaksanakan ibadah pada Minggu, 5 Mei 2024.

“Saat jemaah sedang beribadah pada hari Minggu, empat orang OPM datang membawa senjata api dan melakukan ancaman serta menyita barang elektronik,” kata Bayu seperti dikutip dalam keterangannya.

Bayu mengatakan, barang yang disita OPM adalah telepon genggam milik salah seorang jemaah atas nama David Korwa yang bertugas sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas Borme.

OPM juga menyita telepon genggam milik Ferdian Rumansar, seorang tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Borme, ujarnya.

Tak hanya disitu, OPM yang bertindak juga menyita laptop milik Kepala Puskesmas Borma atas nama Andi Wisal.

“Setelah menyita barang-barang elektronik jamaah yang sedang salat, OPM melanjutkan perjalanan ke lingkungan sekolah, sehingga membuat para guru takut dan mereka lari ke hutan untuk bersembunyi,” ujarnya.

4. Anggota Bawasl ditangkap teroris OPM dan dirampok Rp 175 juta

Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Intan Jaya Otniel Tipagau mengaku disandera Organisasi Papua Merdeka (OPM)/Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pada hari pemungutan suara pemilu 2024, yakni 14 Februari 2024.

READ  BNI memberikan pinjaman BREN untuk akuisisi PLTB Sidrap USD 110 juta

Hal itu diungkapkan Otniel dalam keterangannya di sidang perkara Permohonan Perselisihan Hasil Pemilu (PHPU) nomor 02-03-36/PHPU.DPR-DPRD-XXII/2024 yang diajukan Demianus Mazau, calon DPRD Kabupaten Intan Jaya dari PDIP. , di Mahkamah Konstitusi (MK), Senin (5 Juni 2024).

“Saat itu sedang terjadi penyanderaan di sana. Saat itu, kami melakukan itu sebagai mediator dengan PPD,” kata Otniel.

Namun, kata Otniel, mediasi sulit dilakukan. Akibatnya, menurut dia, mediasi hingga hari pemungutan suara, yakni 14 Februari 2024, belum jelas.

“Waktu itu karena tidak bisa, saya mau ke ibu kota, tapi kemudian OPM juga menangkap saya di sana. Akhirnya kami keluarkan rekomendasi (menunda pemungutan suara),” ujarnya.

Mendengar hal itu, Arief bertanya mengapa Otniel dibebaskan. Otniel langsung mengaku pihaknya telah memberikan sejumlah uang kepada para sandera.

“Bukankah kami dianiaya ketika kami ditangkap?” tanya Arief.

“Tidak, karena mereka hanya meminta uang,” kata Otniel.

“Berapa banyak uang yang kamu minta?” tanya Arief lagi.

“Pertama kita kasih Rp 150 juta, lalu kita kasih sekitar Rp 25 juta,” jawab Otniel.

Quoted From Many Source

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *